Senin, 02 April 2012


Terkait Aksi Demo SBSI 1992
Duri Mandau Tolak Kenaikan Harga BBM

Duri, Kompass Indonesia.
Memang tak habis pikir mau jadi apa nantinya bangsa ini dan rakyat sudah semakin tertindas, terpuruk dan menjerit, terlebih rakyat golongan miskin yang ekonomi lemah tidak dapat berbuat apa-apa, karena Pemerintah tak ubahnya membuat scenario penjahat, apalagi pemerintahan “SBY-BUDIONO” berbohong dan gagal mensejahterakan rakyat teriak orasi organisasi SBSI 1992 didepan SPBU Jl. Hang Tuah Duri Kec. Mandau Kab Bengkakis yang dikawal beberapa orang aparat Polsek.

Sesuai himbauan dan instruksi tertulis dari DPP SBSI 1992 Pusat Jakarta kepada seluruh jajaran organisasi di Republik ini, bahwa tanggal (26/3) untuk melakukan aksi demo menentang dan menolak atas Kenaikan Harga BBM ungkap “Hendra Sitepu” selaku Humas menuturkan kepada wartawan KI. Menurut konsep tertulis dari Ketua & Wakil DPP SBSI 1992 Pusat Jakarta “Sunarti & Wakil Yosafati Waruwu”, Sebab hak-hak konstitusi rakyat semestinya diperjuangkan dan dipenuhi oleh pemerintah sebagai penyelenggara Negara.

Tetapi pemerintahan “SBYBUDIONO” justru semakin menunjukkan kebijakannya pro pasar, pro neo liberalisme dan kapatalisme.

Kehendak pemerintahan “SBY-BUDIONO” menaikkan harga BBM dalam APBN-P Tahun 2012 dengan alas an untuk menyelamatkan APBN serta untuk kesejahteraan rakyat adalah kebohongan yang dibungkus dengan Bantuan Langsung Sementara (BLSM) yang dahulu bernama Bantuan Langsung dan Tunai (BLT). Kalaulah benar dengan kenaikan harga BBM serta BLT seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya telah mensejahterakan rakyat, mengapa angka pengangguran dan angka kemiskinan semakin meningkat ? dan mengapa anak putus sekolah semakin banyak ? mengapa pula biaya pendidikan dan kesehatan mahal ? artinya harga BBM yang menjadi alat tolak ukur pergerakan ekonomi yang selama ini mengikuti pasar Internasional mahal dan tidak memberi mamfaat bagi kesejahteraan rakyat , akan tetapi menguntungkan mafia minyak sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dan analis. Nah, jelas sekali pemerintah telah membohongi rakyatnya sekaligus menghianati UUD 1945.

Senada tutur Ketua SBSI 1992 Kab. Bengkalis “Henni Agustina” via selular menjelaskan, masih rencana kenaikan harga BBM, harga sembako dan lainnya sudah naik duluan, Pemerintah Dinas Pasar seharusnya mengadakan razia kelapangan dan pasar. Bagi yang melakukan kenaikan seharusnya diproses karena warga masyarakat sudah mulai menjerit atas duluan kenaikannya, padahal harga BBM belum resmi naik. Nah, dimana kebijakan pemerintah menyikapi permasalahan ini, bahkan solusi tidak ada mereka lakukan.

Selain itu perlu diketahui kinerja yang belum ada penyelesaian ungkap “Henni Agustina” baru-baru ini SBSI 1992 terpaksa melakukan penyegelan kantor Disnaker di Duri (21/3), karena tidak konsisten atau menepati janji yang diungkapkan. Sebab, sebelumnya sudah ada kesepakatan ketika pertemuan dengan Bupati Bengkalis yang dihadiri oleh Kapolres, DanDim, Polsek, Dan Ramil, Camat, Kadisnaker baik dari pihak Perusahaan seperti PT. CPI, Apindo dan PT. AD dimana saat itu sudah membuat surat Berita Acara.

Maka terkait surat edaran yang dilakukan oleh DPP SBSI 1992 Pusat Jakarta pada aksi nasional tentang kinerja menyatakan dengan tegas yaitu Menolak kenaikan harga BBM, Menuntut Pemerintah agar mengumumkan secara terbuka tentang pengelolaan SDA minyak dan gas, Menuntut Pemerintah menghapuskan sistim hubungan kerja outsourang, Menuntut Pemerintah menghapuskan sistim upah minimum, Menuntut Pemerintah membubarkan sistim penyelesaian perselisihan Industrial karena ternyata sulit, mahal dan lama, bukan mudah, murah dan cepat, dan Menuntut Pemerintah untuk menegakkan hukum terhadap tindakan pemberangusan serikat buruh (Union Busting). Karena itu perlu perhatian Pemerintah dan bukan menutup mata, sahut “Henny” menjelaskan.

Dilain pihak Ketua DPD LSM-ABRI Riau “Parluhutan Silalahi” menuturkan dalam perbincangan menyikapi kenaikan harga BBM ada dua motivasi yang perlu diketahui, Pemerintah sangat lemah dalam menyikapi permasalahan yang ada pada rakyat dan Pemerintah tidak memahami selalu membohongi data angka kemiskinan dan pengangguran yang mencapai 25 %.

Memang realita aksi demo yang dilakukan berbagai elemen organisasi seperti SBSI 1992 dan Mahasiswa dimanamana, karena aksi pemula yang mereka adakan tuntutan tidak menutup kemungkinan ledakan aksi rakyat miskin dan golongan lemah nantinya, tidak ada artinya yang dilakukan oleh Pemerintah seperti BLT terhadap rakyat miskin, karena itu bukan ada solusi yang terbaik melainkan pelecehan sebagai anak bangsa dan mencoreng nama bangsa dimata dunia. Dan apapun alasannya, Setiap pemimpin yang menjanjikan dan mengambil keputusannya tidak ada sejarahnya mau menerima saran dan masukan, sebab tak ubahnya ledakan itu ibarat bau kentut.
                                                                                                                                  (Osama S’loho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar