Senin, 02 April 2012


Potret Kelam Bangsa Indonesia, Predator-Predator Politik dan DPR RI,
Unjuk Ketenaran.
Seluruh Elemen Masyarakat Histeris, merasa di dzalimi oleh Pemerintahan SBY-Boediono, Spontanitas secara keseluruhan ancaman Demonstran besar-besaran di tiga puluh tiga  provinsi se-Indonesia.
Akhirnya BBM Tidak Jadi Naik,
Lalu Selanjutnya Apa?




 
   Demo mahasiswa menolak kenaikan BBM.

Seluruh elemen masyarakat tak terkendali adakan demonstrasi secara serempak di tiga puluh tiga provinsi untuk adakan perlawanan dan menolak kenaikan BBM (30/3). Padahal pemimpin adalah khalifah, contoh panutan bagi seluruh rakyatnya siap untuk tidak tenar, siap untuk tidak terkenal, demi kesejahteraan rakyatnya, agar bangsa ini bermartabat dan bermoral.

Akhirnya Sidang Paripurna DPR RI 30 Maret 2012 atas pembahasan kebijakan kenaikan harga BBM diumumkan dengan hasil DPR RI menolak sementara kenaikan harga BBM. Setelah berputar-putar dengan Pasal 7 ayat 6 Undang-undang APBN, setelah berhari-hari menyiksa rakyat, setelah banyak bermain sandiwara, keluarlah keputusan voting yang paling aneh di DPR RI dengan 82 suara Menolak Kenaikan Harga BBM sementara 356 suara menolak sementara kenaikan harga BBM tetapi menyetujui kenaikan BBM kalau harga minyak dunia melebih 15% harga perhitungan minyak dalam APBN dalam 6 bulan terakhir. Sementara itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra tidak ikut Voting karena sudah melakukan aksi Walk Out. Itulah keputusan yang paling aneh dan hanya mencerminkan Drama politik yang dipertontonkan Anggota-anggota Dewan kita yang “Terhormat”.

Jangan Pernah Menyalahkan Demonstran atau Rakyat, yang Telah Sekian Lama Melihat ke Tidak Adilan dan Payung Hukum yang tidak Memihak terhadap Masyarakat Kecil.

Kalau mereka yang ada di Senayan asyik dengan drama-dramanya, masyarakat kita yang dipelopori mahasiswa berdemo di jalan dengan segala resiko. Dan ketika demo-demo menjadi anarkis, Ketika para demonstran membakar pos polisi, mobil polisi dan fasilitas umum lainnya, mereka berkata bahwa demonstrasi hanya meresahkan masyarakat dan menimbulkan kerusakan saja. Para demonstran harus ditangkap dan diadili. Tapi sebenarnya yang demo itu masyarakat kita juga. Yang didemokan adalah kepentingan kelangsungan hidup mereka yang akan semakin terhimpit. Dan bila dihitung, Berapa besarkah nilai kerusakan yang ditimbulkan para demonstran? Kerusakannya pastilah kasat mata dan dengan mudah bisa dihitung.

Coba kita kaji disisi lainnya dimana para pejabat serakah dan koruptor menggerogoti uang Negara, para politisi sibuk dengan kepentingan partainya dan selalu membodoh-bodohi rakyat, berapa besar kerugian bangsa yang ditimbulkannya baik moril dan materil? Sangat Jauh lebih besar dan sangat sulit dikalkulasi.

Jangan ada Pembodohan dan Pembohongan.
Umumnya masyarakat Kita Tidak Bodoh Dengan Perhitungan Subsidi.

Sebenarnya masyarakat kita mempunyai rasa toleransi yang sangat tinggi. Kalau saja mereka para pemimpin bangsa ini mau bertanya kepada satu persatu rakyatnya, apakah benar mereka tidak setuju subsidi dicabut? Hampir seratus persen masyarakat kita setuju kalau subsidi dicabut. Mereka paham atas perhitungan-perhitungannya dan mengerti atas alasannya. Tapi mereka menolak kebijakan tersebut untuk saat ini. Mereka menolak karena saat ini kehidupan sudah sangat sulit dan mereka yakin sekali bila subsidi dicabut harga-harga bahan pokok akan menjulang tinggi dan semakin menghimpit kehidupan mereka. Rakyat yakin sekali bahwa masih ada cara lain mengatasi ketimpangan APBN karena dampak kenaikan harga minyak dunia. Jadi, sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menaikkan harga BBM atau mencabut subsidinya.

Nasib Demokrat Paska Penolakan Kenaikan Harga BBM.

Sejak kemarin hingga dalam Sidang Paripurna DPR tadi secara mengejutkan Golkar mengikuti jejak PKS menolak kenaikan harga BBM per 1 april 2012. Hampir senada dengan itu PKB dan PPP juga mengisyaratkan kurang setuju kenaikan harga BBM. Hanya PAN yang menjadi Rexona alias setia setiap saat. Lalu bagaimana nasib Setgab maupun Koalisi Demokrat? Sudah jelas sekarang bagaimana akhirnya Demokrat ditinggal oleh para sahabatnya baik dari PKS , Golkar dan partai pendukung koalisi lainnya. Tidak ada dukungan lagi di Rapat Paripurna akan usulan kenaikan BBM. Itu tidak mengherankan Karena dalam dunia politik terkenal dengan slogan Tiada Teman Yang Abadi. Demokratpun akhirnya mengatakan ingin menunda kenaikan harga BBM.

Dan selanjutnya bagaimana nasib Demokrat pasca penolakan kenaikan BBM apakah Demokrat bisa tetap survive melanjutkan perjalanan politiknya hingga tahun 2014. Yang
pasti pengalaman membuktikan bahwa seharusnya dari awal Demokrat tidaklah perlu untuk “membeli” teman-teman, tidak perlu mengiming-imingi koalisi dengan jabatan menteri atau apapun karena terbukti itu sama sekali tidak efektif dan menimbulkan sakit hati bila teman-temannya meninggalkannya.

Kalau Mau Selamat SBY Harus jadi Negarawan.

Harga minyak dunia tinggi, kuota APBN tersedot untuk subsidi BBM tapi tentunya masih ada dana tersedia dari APBN yang bisa dimanfaatkan. Kalau saja SBY berpikir sebagai negarawan tentunya ia bisa berupaya memangkas anggaran belanja Negara, membuang segala pemborosan dari dana operasional pemerintah, mengefektifkan semua pemasukan Negara, Membuat kebijaksanaan baru yang pro rakyat dan memfilter habis alat-alat pemerintah yang tidak efektif.

Berpikir sebagai negarawan akan membuat SBY membuang segala kepentingan partainya kedepan, menyingkirkan kepentingan dirinya dan keluarganya sehingga mampu
menarik maupun merekrut parah ahli untuk bersama-sama membangun negeri ini. Hanya itu satu-satunya cara menyelamatkan nama besarnya sebagai Presiden pertama republic ini yang dipilih langsung oleh rakyatnya. Hilangkan predator-predator politik, hilangkan politik yang menyesatkan bangsa ini, berpegang teguh lah dan tidak merugikan bangsa ini.

Catatan Pinggir Dari Rapat Paripurna.

Dari rapat tersebut diatas terlihat jelas bahwa PKS adalah partai yang sama sekali tidak punya prinsip. Setiap saat suaranya bisa berubahubah. Partai Golkarpun mirp halnya dengan PKS dengan cara memainkan peran abu-abunya. Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan juga merupakan partai bingung.

Partai Demokrat bisa dinilai konsisten tetapi tidak aspiratif, Partai Amanat Rakyat bias dibilang konsisten, Partai PDIP cukup konsisten, Partai Gerindra dan partai Hanura juga cukup konsisten.

Jangan bunuh rakyatmu, karena gaji, upahmu dari uang rakyat, semua pejabat tinggi hendaknya bercermin jabatan dan pakaianmu dibeli dari uang rakyat. Selanjutnya semuanya kembali kepada rakyat apakah tetap mempercayai Pemerintahnya dan DPR nya ataukah membuat gerakan baru untuk merubah karakter pemain-pemain sandiwara di negeri ini. Semua pihak tidak menginginkan seperti tragedi pada tahun 1998 yang melengserkan Presiden Soeharto.
                           (pemred)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar