Potret Kelam Bangsa Indonesia,
Predator-Predator Politik dan DPR RI,
Unjuk Ketenaran.
Seluruh Elemen Masyarakat Histeris,
merasa di dzalimi oleh Pemerintahan SBY-Boediono, Spontanitas secara
keseluruhan ancaman Demonstran besar-besaran di tiga puluh tiga provinsi se-Indonesia.
Akhirnya BBM Tidak Jadi Naik,
Lalu
Selanjutnya Apa?
Demo
mahasiswa menolak kenaikan BBM.
Seluruh elemen masyarakat
tak terkendali adakan demonstrasi secara serempak di tiga puluh tiga provinsi
untuk adakan perlawanan dan menolak kenaikan BBM (30/3). Padahal pemimpin
adalah khalifah, contoh panutan bagi seluruh rakyatnya siap untuk tidak tenar,
siap untuk tidak terkenal, demi kesejahteraan rakyatnya, agar bangsa ini
bermartabat dan bermoral.
Akhirnya Sidang Paripurna
DPR RI 30 Maret 2012 atas pembahasan kebijakan kenaikan harga BBM diumumkan dengan
hasil DPR RI menolak sementara kenaikan harga BBM. Setelah
berputar-putar dengan Pasal 7 ayat 6 Undang-undang APBN, setelah berhari-hari
menyiksa rakyat, setelah banyak bermain sandiwara, keluarlah keputusan
voting yang paling aneh di DPR RI dengan 82 suara Menolak
Kenaikan Harga BBM sementara 356 suara menolak sementara kenaikan
harga BBM tetapi menyetujui kenaikan BBM kalau harga minyak dunia
melebih 15% harga perhitungan minyak dalam APBN dalam 6 bulan terakhir.
Sementara itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra tidak
ikut Voting karena sudah melakukan aksi Walk Out. Itulah keputusan yang paling aneh
dan hanya mencerminkan Drama politik yang dipertontonkan Anggota-anggota Dewan
kita yang “Terhormat”.
Jangan Pernah Menyalahkan Demonstran
atau Rakyat, yang Telah Sekian Lama Melihat ke Tidak Adilan dan Payung Hukum
yang tidak Memihak terhadap Masyarakat Kecil.
Kalau mereka yang ada di Senayan
asyik dengan drama-dramanya, masyarakat kita yang dipelopori mahasiswa berdemo
di jalan dengan segala resiko. Dan ketika demo-demo menjadi anarkis, Ketika
para demonstran membakar pos polisi, mobil polisi dan fasilitas umum lainnya,
mereka berkata bahwa demonstrasi hanya meresahkan masyarakat dan menimbulkan
kerusakan saja. Para demonstran harus ditangkap dan diadili. Tapi sebenarnya
yang demo itu masyarakat kita juga. Yang didemokan adalah kepentingan kelangsungan
hidup mereka yang akan semakin terhimpit. Dan bila dihitung, Berapa besarkah
nilai kerusakan yang ditimbulkan para demonstran? Kerusakannya pastilah kasat
mata dan dengan mudah bisa dihitung.
Coba kita kaji disisi
lainnya dimana para pejabat serakah dan koruptor menggerogoti uang Negara, para
politisi sibuk dengan kepentingan partainya dan selalu membodoh-bodohi rakyat,
berapa besar kerugian bangsa yang ditimbulkannya baik moril dan materil? Sangat
Jauh lebih besar dan sangat sulit dikalkulasi.
Jangan ada Pembodohan dan
Pembohongan.
Umumnya masyarakat Kita Tidak
Bodoh Dengan Perhitungan Subsidi.
Sebenarnya masyarakat
kita mempunyai rasa toleransi yang sangat tinggi. Kalau saja mereka para
pemimpin bangsa ini mau bertanya kepada satu persatu rakyatnya, apakah benar
mereka tidak setuju subsidi dicabut? Hampir seratus persen masyarakat kita
setuju kalau subsidi dicabut. Mereka paham atas perhitungan-perhitungannya dan mengerti
atas alasannya. Tapi mereka menolak kebijakan tersebut untuk saat ini. Mereka
menolak karena saat ini kehidupan sudah sangat sulit dan mereka yakin sekali
bila subsidi dicabut harga-harga bahan pokok akan menjulang tinggi dan semakin menghimpit
kehidupan mereka. Rakyat yakin sekali bahwa masih ada cara lain mengatasi
ketimpangan APBN karena dampak kenaikan harga minyak dunia. Jadi, sekarang bukanlah
saat yang tepat untuk menaikkan harga BBM atau mencabut subsidinya.
Nasib Demokrat Paska Penolakan
Kenaikan Harga BBM.
Sejak kemarin hingga
dalam Sidang Paripurna DPR tadi secara mengejutkan Golkar mengikuti jejak PKS
menolak kenaikan harga BBM per 1 april 2012. Hampir senada dengan itu PKB dan
PPP juga mengisyaratkan kurang setuju kenaikan harga BBM. Hanya PAN yang
menjadi Rexona alias setia setiap saat. Lalu bagaimana nasib Setgab maupun
Koalisi Demokrat? Sudah jelas sekarang bagaimana akhirnya Demokrat ditinggal
oleh para sahabatnya baik dari PKS , Golkar dan partai pendukung koalisi lainnya.
Tidak ada dukungan lagi di Rapat Paripurna akan usulan kenaikan BBM. Itu tidak mengherankan
Karena dalam dunia politik terkenal dengan slogan Tiada Teman Yang Abadi. Demokratpun
akhirnya mengatakan ingin menunda kenaikan harga BBM.
Dan selanjutnya bagaimana
nasib Demokrat pasca penolakan kenaikan BBM apakah Demokrat bisa tetap survive
melanjutkan perjalanan politiknya hingga tahun 2014. Yang
pasti pengalaman membuktikan bahwa
seharusnya dari awal Demokrat tidaklah perlu untuk “membeli” teman-teman, tidak
perlu mengiming-imingi koalisi dengan jabatan menteri atau apapun karena terbukti
itu sama sekali tidak efektif dan menimbulkan sakit hati bila teman-temannya
meninggalkannya.
Kalau Mau Selamat SBY Harus
jadi Negarawan.
Harga minyak dunia
tinggi, kuota APBN tersedot untuk subsidi BBM tapi tentunya masih ada dana
tersedia dari APBN yang bisa dimanfaatkan. Kalau saja SBY berpikir sebagai negarawan
tentunya ia bisa berupaya memangkas anggaran belanja Negara, membuang segala pemborosan
dari dana operasional pemerintah, mengefektifkan semua pemasukan Negara,
Membuat kebijaksanaan baru yang pro rakyat dan memfilter habis alat-alat pemerintah
yang tidak efektif.
Berpikir sebagai
negarawan akan membuat SBY membuang segala kepentingan partainya kedepan, menyingkirkan
kepentingan dirinya dan keluarganya sehingga mampu
menarik maupun merekrut parah
ahli untuk bersama-sama membangun negeri ini. Hanya itu satu-satunya cara
menyelamatkan nama besarnya sebagai Presiden pertama republic ini yang dipilih
langsung oleh rakyatnya. Hilangkan predator-predator politik, hilangkan politik
yang menyesatkan bangsa ini, berpegang teguh lah dan tidak merugikan bangsa
ini.
Catatan Pinggir Dari
Rapat Paripurna.
Dari rapat tersebut
diatas terlihat jelas bahwa PKS adalah partai yang sama sekali tidak punya
prinsip. Setiap saat suaranya bisa berubahubah. Partai Golkarpun mirp halnya dengan
PKS dengan cara memainkan peran abu-abunya. Partai Kebangkitan Bangsa dan
Partai Persatuan Pembangunan juga merupakan partai bingung.
Partai Demokrat bisa
dinilai konsisten tetapi tidak aspiratif, Partai Amanat Rakyat bias dibilang konsisten,
Partai PDIP cukup konsisten, Partai Gerindra dan partai Hanura juga cukup
konsisten.
Jangan bunuh rakyatmu,
karena gaji, upahmu dari uang rakyat, semua pejabat tinggi hendaknya bercermin
jabatan dan pakaianmu dibeli dari uang rakyat. Selanjutnya semuanya kembali kepada
rakyat apakah tetap mempercayai Pemerintahnya dan DPR nya ataukah membuat
gerakan baru untuk merubah karakter pemain-pemain sandiwara di negeri ini.
Semua pihak tidak menginginkan seperti tragedi pada tahun 1998 yang
melengserkan Presiden Soeharto.
(pemred)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar